Bisnis.com, JAKARTA— Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk menanggulangi jebloknya penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi seiring merosotnya harga minyak dunia.
Sudirman Said menilai upaya menaikkan target lifting migas untuk menyelamatkan penerimaan negara tidak mungkin dilakukan dalam jangka pendek. Menurutnya, hal yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan menurunkan pengeluaran sektor migas.
“Kita enggak bisa berbuat banyak karena itu urusan harga minyak internasional,” jelasnya.
Dikatakan, pengeluaran bisa ditekan karena Indonesia merupakan nett importir sehingga turunnya harga minyak dunia akan menguntungkan. Selain itu, pemerintah juga telah mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dengan penghematan mencapai Rp200 triliun.
Berdasarkan catatan Bisnis, penerimaan negara dari lifting minyak dan gas bumi pada 2015 diperkirakan anjlok menjadi hanya sekitar US$12,9 miliar atau turun sekitar 54,46% dibandingkan penerimaan lifting migas 2014 sebesar US$28,332 miliar. Berdasarkan data kinerja sektor hulu 2014 dari SKK Migas, pemerintah seharusnya sudah memulai langkah antisipasi dan terobosan-terobosan karena menurunnya bagian pemerintah dari hasil lifting migas telah dimulai sejak 2013.
Data menunjukkan bagian pemerintah dari hasil lifting migas pada 2013 telah turun 4,21 miliar dolar AS menjadi 31,14 miliar dolar AS dari sebelumnya 35,35 miliar dolar AS pada 2012. Sementara, pada 2014, bagian pemerintah dari hasil lifting migas juga anjlok 2,81 miliar dolar AS menjadi 28,33 miliar dolar AS. (Bisnis.com)
BACA JUGA:
Cara Maserati Dongkrak Penjualan
Pemerintah Perkuat Modal Bank BUMN
Pertamina Targetkan Laba 1,5 Miliar Dolar AS dari Bisnis Hilir